Text
Perbedaan sensitivitas dan Spesivisitas Pemeriksaan Serologi (ICT) Tuberkulosis dengan Pemeriksaan Apusan Langsung dan Kultur BTA Sputum pada Kasus Tuberkulosis Paru.
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang persisten dan bersifat chronis yang disebabkan oleh mycobacterium Tuberkulosis (MTB) dan umumnya mempengaruhi paru-paru. Di Indonesia TB-Paru masih merupakan maslah kesehatan hingga saat ini karena prevalensi BTA (+) masih tinggi (0,29%), dan merupakan penyebab kematian nomor dua terbesar, dan merupakan nomor satu dalam kelompok penyakit infeksi. Untuk tingkat Sumatera Utara jumlah penderita Spesific Tuberculosis (STB) tahun 1998/September 1999 ditemukan sebesar 49,8% dengan BTA (+) 4,4%. Penularan umumnya terjadi melalui penyebaran droplet yang dikeluarkan oleh penderita TB-paru yang infeksius. Diagnosis TB ditegakkan berdasarkan gambaran klinis, radiologi dan pemeriksaan bateriologik, pemeriksaan bekteriologik dengan apusan langsung sputum mempunyai sensitivitas yang rendah yaitu 22-43% dan dahal positif hanya ditemukan pada kasus TB-paru terbuka, pemeriksaan specien sputum sedikitnya dilakukan berturut-turut 3 kali sedangkan kultur BTA membutuhkan waktu lama yaitu 6-8 minggu. Metode lain yang banyak diteliti adalah diagnose serologi berdasarkan pada deteksi antibody terhadap berbagai antigen mikobakterium. Immuno Chromotografi (IC) Tuberkulosis, merupakan salah satu pemeriksaan serologi untuk mendetaksi adanya IgG spesifik terhadap MTB didalam serum penderita dengan menggunakan kit dari AMRAN. Prinsipnya deteksi antigen-antibodi berdasarkan reaksi komplek antigen-antibodi pada bahan nitrosellulose asetat. Populasi penelitian adalah penderita TB-Paru yang berobat di RSUP H. Aam malik periode Juli 2007 sampai Juni 2008 berjumlah 2376, sampei penderita diambil secara random sampling dengan besar sampel 45 orang pada kelompok tersanga TB-Paru. Penelitian survey dengan rancangan case control ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan ketiga metode pemeriksaan, dan untuk menganalisa hasil penelitian digunakan uji anova pada tingkat kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sensitivitas metode ICV tuberculosis 91,1%, lebih tinggi dari sensitivitas (68,9%) maupun apusan langsung (53,3%). Sedangkan spesifisitas ICT tuberculosis cukup memadai yaitu sebesar 82.2%, meskipun lebih rendah dari spesifisitas metode kultur (93.3%) dan apusan langsung (95,6%). Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa metode pemeriksaan ICT tuberculosis lebih mudah dan praktis. Untuk itu diberikan saran kepada puskesmas dan rumah sakit sebagai ujung tombak kesehatan masyarakat, sebaiknya dilengkapi dengan pemeriksaan ICT tuberculosis, agar dapat membuat diagnose lebih awal.
No other version available