Text
Kajian Keberadaan Bakteri Leptospira SP di Lingkungan Kota Semarang, Jawa Tengah Tahun 2007
Leptospirosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Leptospira interrogans, sebuah mikroorganisme berbentuk spiral yang menyerang hewan dan manusia. Sejauh ini, tikus merupakan reservoir (sumber) dan sekaligus penyebar utama penyebab leptospirosis, sedangkan manusia sebagai hospes insidentil. Beberap jenis hewan lain (sapi, kambing , domba, kuda, babi, anjing) dapat terserang leptospirosis, tetapi potensi hewan-hewan ini menularkan leptospirosis ke manusia tidak sehebat tikus. Manusia terinfeksi bakteri leptospira melalui kontak langsung dengan air, tanah atau tanaman yang telah dikotori oleh air seni hewan yang menderita leptospirosis. Bakteri masuk ke dalam tubuh manusia melalui selaput lendir (mukosa) mata, hidung, kulit yang lecet atau makanan yang terkontaminasi oleh urin hewan yang terinfeksi. Keberadaan bakteri leptospira di lingkungan dapat bertahan hidup selama berminggu-minggu di air atau tanah apabila pH dan suhu air atau tanah tersebut sesuai untuk perkembangbiakannya.
Berdasarkan kenyataan tersebut di atas dilakukan kajian dengan melakukan survei keberadaan bakteri leptospira di lingkungan, yaitu air, tanah, dan vektor (tikus) di daerah endemis leptospirosis dengan tujuan mengiudentifikasi keberadaan bakteri leptospira sp pada air tanah dan tikus juga karakteristik fisik kimia.
Kajian ini merupakan kajian deskriptif dengan disign cross sectional yang menggambarkan kondisi lingkungan yang potensial leptospirosis. Sampel dipilih secara purposive sampling yaitu 100 rumah di sekeliling rumah kasus. Direncanakan terdapat 3 titik kasus, sehingga diharapkan didapatkan 300 ekor tikus. Sedang sampel air dan tanah masing-masing sebanyak 60 sampel diambil di 2 kelurahan, yaitu Kelurahan Batan Miroto Kecamatan Semarang Tengah dan Kelurahan Dadapsari Kecamatan Semarang Utara.
Setelah dilakukan pengambilan dan pemeriksaan sampel didapat hasil sebagai berikut: pada sampel tanah, diperoleh 54 sampel semuanya negatif leptospirosis sp, pada sampel air selokan diperoleh 47 sampel, 14 (30%) sampel positif bakteri leptospira sp pada sampel air sumur, diperoleh 5 sampel, 2 sampel positif bakteri leptospira sp, pada sampel air sungai diperoleh 3 sampel, 1 sampel positif bakteri leptospira sp. Dan pada sampel tikus, tertangkap 184 tikus, 10 (5,4%) positif bakteri laptospira sp. Adapunyang positif yaitu: Rattus jenis tikus
Norvegicus (tikus got/riol), Rattus exulans (tikus ladang) Rattus tanezumi (tikus atap) Sedangkan hasil pemeriksaan karakteristik lingkungan khususnya pada sampel air selokan, air sumur dan air sungai terdapat karakteristik lingkungan fisik-kimia (suhu, pH, kekeruhan, salinitas DO dan nitrat) mendukung keberadaan bakteri leptospira sp.
Berdasarkan hasil pemeriksaan disimpulkan dengan diketahuinya keberadaan bakteri leptospira sp pada tikus, air selokan, air sungai, maupun air sumur disekitar kasdus leptospirosis memberikan gambaran bahwa wilayah kajian merupakan wilayah yang potensial terjadinyaq penularan leptospirosis.
No other version available